Proyek Ideologis Animasi Nussa

Tulisan oleh Studi Kultura Indonesia
9 Juni 2022

Nussa The Series atau Serial Nussa adalah serial animasi anak bertema edukasi Islam produksi The Little Giantz dan 4 Stripe Production yang tayang secara reguler di kanal YouTube Nussa Official. Serial Nussa bercerita tentang kehidupan sehari-hari sebuah keluarga Muslim di dalam rumah, yang diperankan oleh Nussa (anak laki-laki berumur tujuh tahun), Rarra (anak perempuan berumur lima tahun), Umma dan Abba (orang tua Nussa dan Rarra), dan juga Antta (kucing peliharaan Nussa dan Rarra). Serial Nussa mengemas pembelajaran Islam secara ringan dengan konten cerita dan lagu-lagu Islami berdurasi 2-7 menit. Dengan cerita yang ringan dan sarat pembelajaran Islam, tokoh Nussa sukses menjadi idola anak-anak dan orang tua. Menurut The Little Giantz, serial Nussa lahir dari krisis tontonan yang mendidik untuk anak-anak Muslim Indonesia.[1] Beberapa orang tua yang menjadi konsumen animasi Nussa sering membagikan dukungan dan testimoninya dalam komentar YouTube. Menurut mereka, Nussa adalah tontonan wajib yang disertakan dalam proses pembelajaran Islam di keluarga, dan Nussa sudah dikenalkan kepada anak sedini mungkin agar anaknya dapat tumbuh dan memiliki moral dan sifat yang baik seperti tokoh Nussa[2].

Serial Nussa sukses menyita perhatian publik di kanal Youtube, dengan salah satu episode terlarisnya adalah konten lagu Islami berjudul “Nussa: Makan Jangan Asal Makan” yang sudah ditonton lebih dari 125 juta kali[3]. Kesuksesan serial Nussa mengundang beberapa stasiun televisi nasional untuk menayangkannya di Net TV (selama bulan Ramadhan 2019), di Indosiar (sekitar bulan Oktober 2019), dan Trans TV (selama bulan Ramadhan 2020)[4]. Serial Nussa juga masuk ke Malaysia melalui channel AstroTV dan tayang sekitar bulan Mei tahun 2019[5]. Setelah  sukses di kanal YouTube dan televisi, The Little Giantz bekerjasama dengan rumah produksi Visinema untuk memproduksi dan merilis film bertajuk “Nussa” pada tanggal 14 Oktober 2021 lalu. Film Nussa ini mendapatkan total lebih dari 400 ribu penonton. Film “Nussa” juga meraih penghargaan Piala Citra FFI untuk Film Animasi Panjang Terbaik, meraih AMI Awards untuk kategori Pencipta Lagu Anak-Anak Terbaik, dan film Nussa berhasil ditayangkan di Bucheon International Fantastic Film Festival atau BIFAN yang berlangsung di Korea Selatan. [6]

Serial dan film Nussa berambisi untuk menjadi standar baru bagi proyek animasi Indonesia dan diproyeksikan menjadi tontonan wajib anak yang dapat menggantikan kisah-kisah legenda anak sebelumnya, seperti cerita Sang Kancil. Menurut Ricky Manopo, produser serial Nussa, penamaan tokoh di serial menjadi penting karena nama Nussa, Antta, dan Rarra dipilih karena gabungan dari ketiga nama tersebut akan membentuk kata Nusantara.  Menurutnya, kata Nusantara akan mengasosiasikan serial Nussa langsung dengan Indonesia dan Nussa sebagai karya anak bangsa[7]. Identitas Nusantara penting untuk memperlihatkan kesatuan Indonesia yang mengakar. Namun, kehadiran animasi Nussa secara keseluruhan terkesan ingin mengganti bayangan Nusantara yang heterogen menjadi  homogen. Hal ini diperlihatkan dari penggambaran cerita, gimmick, hingga penokohan yang hanya mengacu pada penggambaran satu jenis komunitas saja, yaitu Islam versi Nussa. Serial dan film Nussa bahkan seperti enggan menggambarkan dan memberi ruang bagi tokoh dari  agama lain mengambil sorotan penting dalam ceritanya. Hal ini tentu cukup berbeda dari bayangan Nusantara sebagai wilayah Indonesia yang sangat luas dan terdiri dari berbagai macam identitas sosial-kultural.

Tulisan ini secara kualitatif akan menggambarkan serial dan film Nussa yang dari awal pengerjaannya memang secara ideologis dikhususkan untuk pasar Muslim Indonesia. Sesuai tujuan ideologi ini, para pemangku kepentinganberupaya untuk menjadikan serial dan film Nussa memiliki wajah yang inluksif dan ingin diterima oleh semua kalangan masyarakat Indonesia, namun terlihat gagal karena tidak didukung oleh penggambaran cerita, penokohan, dan penciptaan gimmick di sekitar animasi yang tidak terlihat demikian. Metode yang digunakan adalah observasi dan analisis konten terhadap seluruh video dari akun YouTube Nussa Official, konten film Nussa, dan beberapa konten dari para stakeholder yang terlibat dalam dinamika produksi serial dan film Nussa.

Nussa dan Representasi Simbol Islam

Sebagai sebuah proyek ideologis, visi dan misi diciptakannya serial Nussa memang berawal dari permintaan orang tua akan tontonan anak yang memiliki nilai moral yang baik. Hal ini dijelaskan oleh Felix Siauw yang berkata bahwa referensi cerita anak yang sudah ada dan mengakar tidak dapat dijadikan contoh moral yang baik, karena mengajarkan anak untuk menjadi maling[8]. Keterkaitan Felix Siauw bukan tanpa disengaja, karena tim The Little Giantz menyatakan bahwa penulisan script harus melibatkan para ustadz sebagai mentor dan konsultan agar dapat mengangkat keterkaitan dalil dalam setiap episode[9]. Tidak sampai disitu, keterkaitan para ustadz terlihat jelas dalam tiga episode utama, yang menurut tim The Little Giantz sengaja dibuatkan sebagai episode pendamping untuk orang tua agar dapat menjelaskan lebih dalam makna dan dalil yang digunakan di serial Nussa. Tidak hanya keterlibatan para ustadz, serial Nussa juga sangat lekat dengan simbol Islam yang dapat dilihat secara jelas di setiap episodenya.

Secara konsisten, penggambaran dari para tokoh yang muncul dalam serial Nussa juga memperlihatkan nuansa Islam. Nuansa Islam divisualisasikan dengan cukup ketat dengan berbagai simbol syar’I di pakaian yang digunakan oleh para tokoh. Nussa digambarkan memakai peci haji bundar berwarna putih hingga setengah dahinya, memakai atasan berwarna hijau selutut, memakai celana coklat, dan sandal gunung. Secara fisik, penggambaran tokoh Rarra mirip dengan Nussa, namun Rarra memakai gamis hingga kaki berwarna kuning terang dan memakai hijab dan sepatu tertutup berwarna merah yang senada. Tokoh Umma digambarkan sebagai perempuan kurus yang memakai gamis polos berwarna pink dengan hijab buru muda yang menutupi dada. Tokoh Abba tidak tergambarkan di serial dan  baru benar-benar muncul di film saja. Abba digambarkan sebagai seorang laki-laki kurus yang memiliki janggut tipis dari bawah kuping hingga menebal di bagian dagu. Abba biasanya memakai baju casual dengan atasan berlengan pendek dan celana panjang. Nussa dan Rarra memiliki seorang tante yang bernama Tante Dewi. Tante Dewi adalah adik dari Umma yang digambarkan memakai setelan berwarna merah jambu muda dengan bawahan rok yang longgar dan hijab yang lebih modern namun tetap menutup dada. Tidak hanya itu, Nussa dan Rarra juga memiliki hewan peliharaan yang sering dianggap sebagai hewan kesayangan Nabi, yaitu seekor kucing berwarna abu-abu dan putih yang dirawat dengan penuh kasih sayang.

Simbol Islam juga muncul dalam pemilihan hari dan acara peluncuran serial Nussa. The Little Giantz memilih hari Jumat sebagai peluncuran setiap episode serial Nussa, yang merupakan hari baik untuk Islam dengan beberapa keutamaannya. Selain itu, The Little Giantz juga memilih festival Islami untuk melakukan peluncuran pertama serial Nussa, yaitu Hijrah Fest 2018. Hal ini membuat beberapa selebriti juga terlibat dalam proses peluncuran Serial Nussa. Felix Siauw hadir sebagai sosok ustadz pembuka dalam peluncuran serial Nussa via Youtube.  Selebriti dari Kajian Musawarah (pencetus Hijrah Fest) yang juga banyak terlibat adalah Mario Irwinsyah sebagai brand ambassador dari serial Nussa, dan Dewi Sandra yang mengambil peran Tante Dewi di serial Nussa. Pada saat itu, peluncuran serial Nussa dianggap sukses dan berhasil menggaet banyak penonton dalam festival Islami, sehingga Nussa kemudian kerap menjadi bagian wajib dalam festival islami lainnya. Hadirnya Nussa dalam festival Islami mampu untuk manggaet pasar keluarga atau orang tua baru, sebab serial Nussa mampu memunculkan sosok idola bukan untuk anak saja, tetapi untuk seluruh anggota keluarga sekaligus. Hadirnya Nussa dalam festival Islami berhasil menambah citra keluarga yang hangat dalam serialnya.

Keluarga Nussa : Potret Islam yang Ideal

Serial Nussa menggambarkan dinamika keluarga ideal khas Islam. Temuan Bhinneka Kultura Nusantara mengenai narasi pengasuhan Islami (2021) menggambarkan keluarga ideal yang berkelanjutan sejak di bumi hingga dapat bersama-sama masuk surga sebagai kenikmatan tertinggi yang dapat dimiliki oleh keliarga.  Hal ini sangat disadari oleh Nussa sebagai karakter utama dalam serial dan film ini. Nussa digambarkan sebagai anak yang mengilhami konsep ini. Nussa memiliki cita-cita tertinggi untuk mengajak Abba dan Ummanya masuk surga, bahkan jika harus mengorbankan cita-cita duniawinya untuk menjadi astronot.[10]

Untuk dapat mewujudkan surga bersama, maka sebuah keluarga harus menjalankan sebuah prinsip kolektivitas layaknya organisme, di mana semua anggota keluarga sangat bergantung satu sama lainnnya (Bhinneka Kultura Nusantara, 2021). Hal inilah yang sangat terlihat dalam alur dan dialog cerita di keluarga Nussa. Nussa sebagai tokoh utama yang memiliki visi surgawi memiliki karakter yang pintar berdalil. Kepintaran berdalil Nussa ini yang menjadi daging dalam serial Nussa di Youtube sebagai bentuk pengaturan terhadap Rarra. Sebut saja episode “Nussa: Gratis Pahala” dan “Nussa: Belajar jadi lebah” yang menggambarkan dialog Nussa untuk memberitahu Rarra mengenai dalil Al-Qur’an yang dapat dimanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan Nussa akan dalil ini tidak didapatkan secara cuma-cuma. Cara Nussa berbicara juga selalu dilengkapi dengan kata-kata pujian kepada Allah, seperti Alhamdulillah, Masya Allah, dan Astaghfirullah. Keahlian Nussa dalam berdalil dipengaruhi oleh Umma yang memenuhi fungsi ibu secara penuh dalam konsep keluarga Islami.

Kehidupan Umma sebagai ibu digambarkan sebagai peran yang sangat ideal di dalam serial Nussa. Sebagai seorang ibu, Umma adalah orang yang sangat berperan dalam menanamkan dan memelihara ilmu agama kepada anak-anaknya. Hal ini diperlihatkan melalui beberapa cara. Cara pertama adalah dengan menggambarkan hubungan Umma dan Tante Dewi yang menyerupai hubungan Nussa dan Rarra, yang menempatkan bahwa sosok kakak pasti lebih bijaksana dibanding adiknya. Umma digambarkan sebagai seseorang yang solutif dan penuh ketenangan dibandingkan Tante Dewi yang ceroboh dan ekspresif. Dalam episode “Nussa: Gratis Pahala” terlihat bahwa Tante Dewi bersikap ceroboh karena telah tersulut emosi, dan Umma hadir untuk meluruskan sikap Tante Dewi yang dianggap keliru.

Cara kedua terlihat secara eksplisit dalam dialog, yang terlihat dalam episode “Nussa: Bukan Mahram” “Nussa: Berhutang atau Tidak”, dan “Nussa: Jangan Boros”  Umma secara jelas meluruskan kekeliruan Nussa dan Rarra dengan penyebutan muhrim dan mahram, hakikat behutang, dan cara hidup hemat. Dengan cara ini, Umma terlihat hadir langsung untuk meluruskan kekeliruan yang sudah diperbuat oleh kedua anaknya.

Cara ketiga terlihat dari pesan implisit yang bersifat mengingatkan, seperti yang terlihat dalam episode “Nussa: Tidur Sendiri, Gak Takut”,  “Nussa: Libur Jangan Lalai”, “Nussa: Jadi Suka Sayur”, dan “Nussa : Belajar Ikhlas”. Dalam cara ini, Umma hadir melalui dialog yang bersifat mengingatkan Nussa dan Rarra, bukan hanya meluruskan kekeliruan tapi juga mengetes Nussa dan akan  hal yang sebelumnya sudah pernah dijelaskan oleh Umma. Ciri dari dialog ini adalah pertanyaan apakah Nussa atau Rarra ingat apa yang sudah diajarkan Umma kepada mereka sebelumnya.

Cara terakhir adalah monolog Nussa dalam episode “Nussa: Ngobrol Bareng Nussa & Rarra” yang secara khusus memberitahu penonton tentang istilah-istilah yang Umma buat dalam proses pengajaran agama kepada Nussa dan Rarra, seperti “mengenal sifat Allah”, “rumus matematika Allah”, “resep rasul”, dan “rahasia mendapat banyak pahala”.  Seluruh dialog ini memperlihatkan peran sentral Umma sebagai sosok ideologis di dalam keluarga, dan tentu tidak sampai disitu saja. Nussa juga menggambarkan ignifikansi peran Umma yang tidak dapat dipertukarkan dalam ranah domestik rumah tangga dalam episode “Nussa: Bundaku,” yang secara khusus menggambarkan bahwa Umma adalah sosok yang hadir 24 jam untuk melayani keluarganya. Dari penggambaran ini, kehadiran sosok Umma adalah inti dari serial Nussa yang diambil dari sudut pandang seorang anak.

Kehadiran Umma sebagai sosok ideal juga tidak didapatkannya secara instan. Dalam serial Nussa, Umma dapat menjalankan perannya dengan baik dalam rumah tangga karena sudah mengalami proses hijrah. Penggambaran hijrah seorang Umma tergambar dalam episode “Nussa Bisa.” Dalam episode ini pula-lah gambaran Umma secara utuh diperlihatkan setelah sebelumnya hanya muncul melalui suara-suara saja. Titik hijrah Umma adalah kelahiran Nussa yang digambarkan difabel karena lahir tanpa kaki kiri. Keadaan Umma sebelum dan sesudah kelahiran Nussa digambarkan dengan jelas dalam episode ini.

Sebelum kelahiran Nussa, Umma digambarkan sebagai seorang perempuan tanpa hijab. Absennya hijab dalam kehidupan Umma membuat Umma terkesan seperti seorang pendosa yang pantas mendapatkan “ujian”. Kelahiran Nussa dengan keadaan tanpa kaki kiri menghantam dunia Umma yang penuh dosa. Umma versi non-hijab digambarkan sangat gelisah dan sangat bersalah atas kehadiran Nussa yang terlahir difabel. Scene kemudian dilanjutkan dengan titik hijrah Umma yang digambarkan ketika Umma mencoba mengambil jarum pentul dan menutup kepalanya. Umma kini tampil dengan hijab yang menutupi kepala hingga dadanya, dan Umma versi hijab digambarkan sebagai seseorang yang lebih jauh lebih baik dan bijaksana. Umma versi hijab juga mampu melalui ujiannya dengan memberikan Nussa sebuah kaki palsu untuk dapat menopang kehidupan Nussa. Setelah itu, Umma digambarkan sebagai sosok yang ikhlas dengan keadaan Nussa dan mampu menjadi ibu yang utuh bagi seorang Nussa. Dalam penggambaran scene ini, kita dapat melihat sebuah tahapan dosa-ujian-hijrah-solusi dengan jelas.

Serial Nussa musim pertama ini secara garis besar memperlihatkan dialog dan kejadian yang terpusat di dalam rumah saja. Nussa memang digambarkan pergi ke sekolah, namun tidak terlihat sama sekali masalah sekolah Nussa yang dibawa ke rumah. Selain itu, Nussa dan Rarra digambarkan sebagai anak berusia 7 dan 5 tahun, yang lekat dengan dunia permainan. Nussa dan Rarra dalam musim ini tidak pernah menggambarkan sosok teman Nussa dan Rarra selain Antta. Jika Nussa, Rarra, dan Antta pun digambarkan bermain keluar rumah, tidak terlihat sama sekali keberadaan tetangga Nussa. Di luar permasalahan teknis, serial Nussa di musim pertama memang lekat dengan kesan eksklusivisme karena seolah-olah dunia Nussa terasing dari orang lain dan interaksi yang terlihat hanya ada di dalam rumah saja.

Usaha Merebut Kesan Inklusif

Kekhawatiran akan citra serial Nussa yang eksklusif ini seakan-akan dijawab di musim berikutnya. Dalam musim kedua dan ketiga, serial Nussa memperkenalkan beberapa tokoh baru seperti Abdul, Syifa dan Pak Ucok. Abdul digambarkan sebagai teman dan tetangga Nussa yang seumur dengannya. Syifa adalah tetangga baru dan teman Nussa yang juga memiliki kegemaran menghafal hadits. Pak Ucok adalah seorang tetangga Nussa yang memiliki sebuah warung. Pak Ucok digambarkan memiliki logat Batak yang terdengar dari setiap ucapan dialognya. Hadirnya pemain baru ini sekaligus menepis anggapan bahwa Nussa dan Rarra hanya diam di rumah saja. Musim kedua dan ketiga kerap memperlihatkan keakraban Nussa dan Rarra dengan tetangga sekitar rumahnya, seperti yang terlihat dalam episode “Nussa: Merdeka!!!” yang memperlihatkan Nussa dan Rarra tidak hanya sekadar kenal dengan tetangganya, tetapi juga berpartisipasi dalam acara kemerdekaan yang dibuat oleh para tetangganya. Anggapan lainnya yang seolah-olah ingin ditepis serial Nussa adalah nihilnya interaksi dengan orang yang tidak beragama Islam. Hal ini terlihat dalam episode “Nussa: Toleransi” yang menggambarkan interaksi Nussa, Rarra, Abdul, dan juga Umma yang tetap berbuat baik kepada teman atau orang lain meskipun secara jelas bukan beragama Islam. Hadirnya tetangga, interaksi di luar rumah, dan mampirnya tokoh-tokoh non-muslim ternyata hanya sedikit permulaan dari upaya membuat kesan inklusif dari proyek Nussa.

Setelah sukses menghibur penontonnya hingga tiga musim di platform Youtube, The Little Giantz bekerjasama dengan Visinema untuk menggarap film Nussa. Menurut Angga Dwimas Sasongko selaku eksekutif produser, skenario dan distribusi promosi film dipegang oleh pihak Visinema, dan The Little Giantz produksi animasinya. Angga juga berkata bahwa dalam penggarapan film ini tidak melibatkan pemuka agama, yang berarti Nussa dalam versi film seperti ingin lebih jauh membuka kesan inklusif kepada masyarakat. Hal ini tentu membuat tokoh dan permasalahan Nussa cukup berbeda dengan yang digambarkan di dalam serial[11].

Secara singkat, film ini bercerita tentang Nussa sebagai anak pintar yang terbiasa menjuarai lomba proyek  sains di sekolahnya. Nussa gemar menciptakan roket dari barang-barang bekas yang ia temui di warungnya Pak Ucok. Nussa juga biasa dibantu oleh Abdul, Syifa, Rarra, dan Pak Ucok dalam setiap pengerjaan roket untuk lomba projek sainsnya. Suatu hari, Nussa dan Abdul menemukan sebuah roket canggih yang terbang cukup jauh, yang ternyata datang dari salah satu rumah tetangga baru mereka bernama Joni. Joni juga digambarkan sebagai anak pintar yang juga suka menciptakan roket dan baru saja pindah ke sekolah Nussa. Perbedaan roket yang Joni buat adalah teknologi mesin yang canggih dan terdepan, karena Joni adalah anak dari orang tua yang kaya.

Permasalahan film ini dimulai Nussa mulai meragukan dirinya dan roketnya dari roket yang dibuat oleh Joni. Kecemburuan dan ketakutan Nussa untuk kalah di lomba projek sains membuat Nussa sangat gigih untuk mengalahkan roket Joni. Emosi Nussa juga semakin kompleks ketika Nussa menggambarkan kehadiran dan dukungan orang tua Joni dari berlimpahnya materi dan sumber daya agar Joni dapat membuat roket yang baik. Nussa merasa iri akan hal tersebut karena dihadapkan dengan fakta bahwa Abba tidak ada disamping Nussa ketika Nussa sedang berjuang untuk mengalahkan roket yang dibuat Joni. Nussa bahkan berhasil untuk mengekslusi Abdul dan Syifa dari kehidupannya di sekolah karena menunjukkan simpati terhadap hasil karya Joni. Nussa marah dan menyalahkan banyak orang atas segala kekalahannya dari Joni. Namun, suatu hari Nussa dan Joni terjebak di dalam lab sains karena kecerobohan Babe Jaelani sebagai seorang penjaga sekolah. Nussa dan Joni kemudian bekerjasama untuk dapat keluar dan memberitahu orang-orang bahwa Nussa dan Joni terjebak di dalam sekolah.

Setelah momen tersebut, Nussa dan Joni berteman dan sepakat untuk maju di lomba proyek sains bersama-sama sebagai perwakilan sekolahnya. Naasnya, projek roket Joni mengalami kendala sesaat sebelum tampil di lomba projek sains. Nussa, sebagai teman dan orang yang paling tahu kebutuhan roket Joni akhirnya memberikan suku cadang andalannya untuk dipakai Joni tampil di lomba projek sains tersebut. Alhasil, Joni benar-benar menang dalam lomba tersebut sedangkan Nussa tidak jadi tampil. Namun, ketika Joni memberikan sambutan, Joni memanggil Nussa dan memuji kebesaran hati Nussa untuk mengorbankan dirinya agar Joni bisa menang. Semua pihak terharu atas aksi heroik Nussa dan sepakat bahwa Nussa adalah juara yang sebenarnya dalam lomba tersebut.

Penokohan dan cerita yang diangkat dalam film tentu sangat berbeda dengan serial. Dalam film, gambaran Nussa sebagai anak religius terlihat hanya dari pakaian dan kebiasannya mengucap kalimat basmalah. Tidak ada lagi dalil yang keluar dari mulut seorang Nussa untuk menasehati Rarra dan teman-temannya yang lain. Namun, di satu sisi penggambaran Nussa sebagai anak-anak justru terlihat jauh lebih masuk akal di dalam film, karena memperlihatkan Nussa yang haus akan pujian dari teman sebaya, Nussa yang gemar bermain keluar rumah, serta emosi Nussa yang tidak stabil. Begitu pula penggambaran Umma, yang porsi dialognya berkurang dan terlihat cukup sulit untuk menghadapi Nussa sendirian. Cerita yang diangkat juga tidak lagi berpusat pada kehidupan Nussa dan Rarra di dalam rumah, melainkan cerita Nussa dan masalahnya di sekolah bersama teman-temannya. Untuk membangun cerita diluar rumah, tentu membutuhan beberapa karakter lain untuk membuat film Nussa hidup. Bukan hanya Abdul, Syifa, dan Pak Ucok saja yang berperan banyak dalam film ini, tetapi hadir juga tokoh-tokoh lain seperti Bu Anggi sebagai guru Nussa dan teman-temannya, Babe Jaelani sebagai penajga sekolah, tokoh Joni lengkap dengan keluarganya, serta sosok Abba Nussa yang baru terlihat jelas di dalam film.

Upaya merebut kesan inklusif yang ditunjukan dari banyaknya tokoh-tokoh tetangga dan teman Nussa yang berinteraksi dengan keluarga Nussa, absennya dalil dari dialog Nussa, dan cerita Nussa yang tidak berpusat pada pengajaran rumah seakan-akan sudah menjawab persoalan kesan bahwa serial dan film Nussa merupakan proyek eksklusif. Namun ternyata terdapat beberapa poin yang justru semakin menegaskan visi dan misi Nussa sebagai proyek ideologis dari awal pembuatan dan akan terus begitu hingga film ini dibuat.

Bayang-Bayang Proyek Ideologis Serial Nussa

Upaya Visinema untuk mengubah wajah Nussa sebagai film yang inklusif, terdapat beberapa kesamaan yang bersifat ideologis dari serial Nussa yang terlihat di dalam film. Hal pertama terlihat dari tokoh-tokoh pendukung film yang ternyata memiliki agama yang sama dengan Nussa. Meskipun sosok Joni dan keluarganya digambarkan sebagai keluarga yang sangat berbeda dengan keluarga Nussa, namun Joni sendiri memiliki ekspresi beragama yang sama dengan Nussa. Hal ini terlihat dari scene ketika Nussa dan Joni terjebak dalam lab sains sekolah, Joni mengucap kata basmalah sebagai tanda pemasrahan diri atas hasil dari usaha yang Joni dan Nussa lakukan untuk keluar dari laboratorium sekolah. Meskipun Joni tidak digambarkan religius seperti Nussa, namun Joni tetap seorang Muslim yang pasrah kepada Allah atas segala usahanya. Tidak ada tokoh dalam serial ataupun film Nussa yang benar-benar digambarkan memeluk agama lain dan berkespresi agama selain Islam. Hal ini terlihat dari tokoh Pak Ucok yang lekat dengan logat khas Medan yang tidak pernah sama sekali memperlihatkan ekspresi beragamanya. Tetap saja, dua tokoh yang paling berpengaruh yaitu Nussa dan Joni beragama Islam dan tidak terlihat ekspresi agama lain dari para tokoh pendukungnya.

Poin kedua adalah Nussa yang juga mengalami siklus hijrah seperti Umma dalam di dalam serial Nussa. Nussa, Nussa mulai merasakan emosi yang sangat tidak stabil atas masalah kecemburuannya pada Joni. Nussa yang termakan emosi kemudian membentak Umma sekaligus membuang peci bundarnya, seraya memarahi dan menyalahkan Umma dan Abba atas kekalahannya. Nussa-tanpa-peci ini pun  digambarkan terus berkutat dengan obsesinya untuk membuat roket yang lebih canggih dari Joni. Namun, jalan Nussa digambarkan mandek, hingga suatu hari ketika Nussa berhasil menciptakan sebuah roket, Abba datang dengan membawa dinamo dan peci baru untuk Nussa kenakan. Dinamo dan peci ini adalah simbol yang sama, yaitu simbol dari sumber energi agar Nussa bisa menang dalam lomba projek sains. Dengan dua benda ini, Nussa kembali menjadi seperti sedia kala, yaitu anak yang memiliki moral yang tinggi. Penggambaran masalah-dosa-hijrah-dan solusi digambarkan cukup serupa dalam film.

Satu poin lagi yang membuat film Nussa pada akhirnya gagal untuk meruntuhkan kesan homogen dan ekslusif adalah persistensi gambaran keluarga Islam yang diangkat oleh film Nussa. Meskipun pada akhirnya Abba hadir untuk mendukung Nussa, namun peran Abba dalam rumah keluarga Nussa adalah sebagai penanam prinsip kepada anak. Hal ini sejalan dengan riset Bhinneka Kultura Nusantara (2021) yang memperlihatkan bahwa salah satu bentuk keluarga Islam yang dibayangkan ideal adalah ayah sebagai kepala keluarga dan kepala sekolah yang menanamkan prinsip keagamaan bagi anak-anaknya. Sedangkan untuk operasionalisasi, seorang ayah membutuhkan istri yang berperan sebagai guru untuk mengajarkan anak sehari-harinya. Dalam film Nussa, Abba digambarkan sebagai sosok yang paling berpengaruh untuk berbagai prinsip dan pengambilan keputusan yang dilakukan Nussa, sedangkan Umma ketika disandingkan dengan Abba hanyalah sebagai pihak yang mengoperasionalisasikan prinsip-prinsip religius ke dalam pengajaran moral keseharian. Umma tetap saja digambarkan memiliki batas kemampuan untuk menangani Nussa, dan Abba-lah yang berperan sebagai pihak terakhir yang dapat “mengurus” permasalahan Nussa.

Kesimpulan

Serial Nussa pada awalnya memang berawal dari sebuah misi ideologis untuk menciptakan idola baru bagi anak-anak yang memiliki nilai Islam dan moral yang tinggi. Hal inilah yang perlu diingat untuk proyek Nussa, sehingga upaya-upaya memasukan nilai keterbukaan terhadap peran-peran dan cerita baru tetap tidak dapat menggusur fakta bahwa serial ataupun film Nussa tidak mengakui adanya tokoh yang memegang agama lain di dalam proyeknya. Animasi Nussa secara keseluruhan tidak memberikan kesempatan bagi tokoh, cerita, atau gimmick yang memperlihatkan terbukanya kesempatan bagi agama lain untuk dapat berperan penting dalam ceritanya. Hal ini membuat proyek Nussa yang ingin diasosiasikan dengan Nusantara yang luas dan memiliki beragam latar budaya dan keagamaan tidak dapat terwujud dengan baik dalam animasi Nussa secara keseluruhan. Gambaran keluarga Nussa dalam serial ataupun film menguatkan hasil riset dari Bhinneka Kultura Nusantara (2021) yang menyepakati bahwa ibu hanyalah pelengkap peran ayah, ayah menananmkan prinsip ideologis, berperan sebagai pemecah masalah utama, dan ibu hanya berada dalam tataran operasional untuk membantu ayah.


Footnotes

[1] Nussa Official. (2019, Januari 4). Nussa : Behind The Scene [Video]. Youtube.  https://www.youtube.com/watch?v=Rp5mw6z94vg&t=118s diakses tanggal 17 Februari 2022.

[2] Nussa Official. (2018, November 20). Launching Eps. Perdana Nussa [Video]. Youtube.

https://www.youtube.com/watch?v=8LLvV7UMNjU&t=508s diakses  tanggal 10 Februari 2022.

[3] Nussa Official. (2018, November 23). Nussa : Makan Jangan Asal Makan [Video]. Youtube. https://www.youtube.com/watch?v=QxbF-tXyLd4&t=67s diakses  tanggal 6 Maret 2022.

[4] Tim Wow Keren. “Serial Animasi ‘Nussa’ Sebelumnya Hadir Di NET TV Sebagai Sajian Di Bulan Ramadan. Kini Tayangan Kartun Tersebut Akan Kembali Hadir Lagi Di Stasiun Televisi Indosiar,” Wowkeren.com, Oktober 9, 2019. https://www.wowkeren.com/berita/tampil/00277298.html ; Fitrianum, Febia Rosada. “Jadwal Acara TV Ramadhan: TRANS TV Hadirkan Animasi Nussa, Bocah yang Ingin Jadi Hafiz Alquran,” Tribunnews.com, April 27, 2020. https://www.tribunnews.com/seleb/2020/04/27/jadwal-acara-tv-ramadhan-trans-tv-hadirkan-animasi-nussa-bocah-yang-ingin-jadi-hafiz-alquran ; dan Tim Liputan 6. “Kisah Inpiratif Animasi Nussa di Indosiar Setiap Pagi,” Liputan6.com, Oktober 19, 2019. https://www.liputan6.com/showbiz/read/4085453/kisah-inspiratif-animasi-nussa-di-indosiar-setiap-pagi diakses tanggal 6 Maret 2022.

[5] Nussa Official. (2019, Mei 13). Nussa Masuk Malaysia [Video]. Youtube. https://www.youtube.com/watch?v=LZGdazDpY5o diakses tanggal 6 Maret 2022.

[6] Ibnu Naufal. “Sukses Gaet Lebih dari 400 Ribu Penonton di Bioskop, Film Nussa Segera Tayang di Platform Streaming,” Inilah.com, Desember 2, 2021. https://www.inilah.com/sukses-gaet-lebih-dari-400-ribu-penonton-di-bioskop-film-nussa-segera-tayang-di-platform-streaming ; Vincentuius Mario. “Nussa Sabet Piala Citra Film Animasi Panjang Terbaik di FFI 2021,” Kompas.com, November 10, 2021. https://www.kompas.com/hype/read/2021/11/10/195016666/nussa-sabet-piala-citra-film-animasi-panjang-terbaik-di-ffi-2021Tim CNN. “Film Nussa Tayang Perdana di Bucheon Film Festival 2021,” CNNIndonesia.com, Juni 17, 2021. https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20210617144712-220-655711/film-nussa-tayang-perdana-di-bucheon-film-festival-2021 diakses tanggal 17 Februari 2022

[7] https://hot.detik.com/spotlight/d-4351883/nussa-di-balik-istilah-nusantara diakses 17 Februari 2022

[8] Nussa Official. (2018, November 20). Launching Eps. Perdana Nussa [Video]. Youtube https://www.youtube.com/watch?v=8LLvV7UMNjU&t=168s diakses tanggal 17 Februari 2022.

[9] Wawancara Pribadi dengan Tim The Little Giantz 15 Januari 2019

[10] Nussa Official. (2018, Desember 7). NUSSA : NGOBROL BARENG NUSSA & RARRA [Video]. Youtube https://www.youtube.com/watch?v=k4629ld3Qaw ; Nussa Official. (2019, Desember 22). Nussa : Bundaku [Video]. Youtube.  https://www.youtube.com/watch?v=3ZeKjAe2cjE&t=900s diakses 17 Februari 2022

[11]https://twitter.com/anggasasongko/status/1348532559068622848?ref_src=twsrc%5Etfw%7Ctwcamp%5Etweetembed%7Ctwterm%5E1348532559068622848%7Ctwgr%5E%7Ctwcon%5Es1_&ref_url=https%3A%2F%2Fwww.cnnindonesia.com%2Fhiburan%2F20210112153001-220-592698%2Fproduser-jawab-komentar-nyinyir-denny-siregar-soal-nussa diakses tanggal 4 Maret 2022.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *