Pergesekan antara kedua kelompok in kembali
terjadi pada momen penangkapan dua tokoh MUI oleh Densus 88 terkait kasus
terorisme dan relasi mereka dengan Jemaah Islamiyah[1]. Sejak
16 November 2021 linimasa di Twitter ramai memperdebatkan apakah lembaga MUI
masih perlu di Indonesia. Tulisan ini berupaya untuk mengetahui jenis percakapan yang diproduksi pada enam tagar utama yang
memperdebatkan eksistensi MUI di linimasa Twitter.
Pengolahan
data dalam tulisan ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif, yaitu
penambangan data teks melalui teknik wordclouds (gugus kata) dan verifikasi
makna kata-kata kunci dalam wordclouds secara manual. Data teks dalam tulisan
ini bersumber dari kumpulan twit yang menggunakan dua kelompok tagar utama,
yaitu tagar pembubaran MUI dan tagar dukungan terhadap MUI. Kelompok tagar pembubaran
MUI adalah #bubarkanMUI dan #BubarkanMUISarangTeroris.
Kelompok tagar dukungan terhadap MUI adalah #dukungMUI, #KamiBersamaUlama,
#KuyBelaUlama, #MUIJagaMoralBangsa dengan total 94.927 twit. Periode
pengambilan data adalah 16-22 November 2021 dengan puncak percakapan berlangsung
pada 16-18 November 2021.
Tagar #bubarkanMUI dan #dukungMUI merupakan
tagar daur ulang yang kerap
muncul pada berbagai peristiwa tertentu
di Indonesia. Tagar
#bubarkanMUI pernah muncul sebagai kritik atas eksklusivisme MUI yang merusak
kemanusiaan, pengadaan sertifikat halal yang berorientasi uang, dan kontribusi
MUI yang minim dalam memajukan Indonesia. Tagar #dukungMUI pernah muncul
sebagai bagian dari penolakan RUU Haluan Ideologi Pancasila, pembelaan ulama
dari tuduhan keterlibatan dengan HTI, dan penolakan nilai-nilai komunisme di
Indonesia.
Peristiwa penangkapan dua tokoh MUI pada 15
November 2021 menjadi momen kebangkitan kembali
tagar #bubarkanMUI yang bersanding dengan tagar baru
yaitu #BubarkanMUISarangTeroris.
Percakapan pro-kontra MUI semakin ramai ketika wakil
ketua MUI, Anwar
Abbas, menyatakan
pembubaran MUI sama dengan pembubaran Republik Indonesia.[2]
Para pengusung tagar #bubarkanMUI mengecam MUI sebagai sarang teroris dan
mengejek Anwar Abbas mendapatkan karma dari Ahok.
Tagar
tandingan #dukungMUI
muncul dengan tiga tagar lainnya, yaitu #KamiBersamaUlama,
#KuyBelaUlama, dan #MUIJagaMoralBangsa. Pengusung tagar ini mengampanyekan
nilai-nilai positif MUI, antara lain MUI sebagai wadah ulama, klaim bahwa umat
Islam membutuhkan fatwa-fatwa MUI, menyandingkan kalimat takbir dalam membela
MUI sebagai bagian dari jihad, dan eksistensi Indonesia berasal dari ulama.

Gambar 1 menunjukkan kata-kata yang memuat argumentasi
bahwa MUI dianggap
telah menjadi sarang terorisme dan sumber radikalisme di Indonesia. Kata ‘anwarabbas’, ‘densus’, dan ‘teroris’ hampir selalu muncul bersamaan
dalam bentuk kalimat-kalimat yang mengecam tindakan Anwar Abbas melindungi dua
tokoh MUI yang ditangkap Densus 88. Kata ‘indonesia’ muncul sebagai kata keterangan
dalam kalimat-kalimat yang menyerukan penyelamatan Indonesia dari teroris dan
radikalisme. Kata ‘komunis’, ‘pki, ‘penghianat’, ‘sampah’, ‘tolol’,
dan ‘kadrun’ adalah label yang disematkan
kepada MUI dan para pendukungnya. Kata ‘kafir’ adalah
ekspresi diri sendiri pengusung pembubaran MUI yang bersifat sarkastik. Kata ‘fpi’ dan ‘hti’ selalu muncul
bersamaan sebagai persetujuan agar MUI dibubarkan
seperti HTI dan FPI.
Berikut ini hasil wordclouds percakapan dalam tagar tagar dukungan terhadap MUI dengan jumlah 94.927 twit:

Gambar 2 menunjukkan argumentasi
bahwa kelompok yang
menginginkan pembubaran MUI adalah komunis dan kafir. Kata ‘komunis’, ‘kafir’, ‘syiah’,
‘banibipang’, ‘cebong’, ‘buzzer’, ‘munafik’, ‘musuh’, dan ‘lawan’ muncul dalam kalimat-kalimat ejekan bagi kelompok lawan yang sering memuat
sentimen politik identitas. Kata ‘rezim’, ‘jokowi’, ‘fpi’, ‘hti’, dan ‘radikal’ muncul untuk menunjuk pemerintah yang telah membubarkan HTI dan FPI serta
kelompok-kelompok yang dicap radikal oleh pemerintah. Kata ‘indonesia’ muncul sebagai ekspresi dukungan terhadap MUI yang sudah
berkontribusi besar bagi Indonesia. Ekspresi ini muncul dalam ungkapan MUI sebagai chipset-nya Indonesia dan MUI sebagai rujukan
umat Muslim Indonesia.
Secara umum, tagar pembubaran dan dukungan
terhadap MUI menggunakan teknik mobilisasi kampanye yang sama, yaitu
mengorganisir pendukung untuk memproduksi twit dengan tagar-tagar yang telah
ditentukan dan memuat pesan-pesan sederhana berbasis ancaman, ketakutan, dan
ejekan. Tagar yang mendukung eksistensi MUI lebih gencar dibandingkan dengan tagar yang
mendukung pembubaran MUI. Motor pendukung MUI adalah politisi-politisi
oposan seperti @msaid_didu (mantan
sekretaris Kementerian BUMN) dan @hnurwahid (anggota DPR dari fraksi PKS),
serta influencer Islam seperti @Hilmi28, @Stevaniehuangg, dan
@__Sridiana_3va. Pola twit mereka adalah saling retweet dan memberikan
semangat untuk mempertahankan keimanan melalui eksistensi MUI dan mengkritik tindakan
pemerintah. Sebaliknya, tagar pembubaran MUI dimotori oleh influencer pemerintah
seperti @DennySiregar7 dan @maspiyuaja yang memproduksi twit dengan pola pesan
untuk menyelamatkan Indonesia dari terorisme dan oposisi.
Kontestasi pro-kontra MUI pada
akhirnya menciptakan
iklim berekspresi yang tidak sehat dan hanya
memperdalam polarisasi
masyarakat. Pola percakapan yang terjadi
adalah pertengkaran dan saling labelling tanpa argumentasi yang mendalam dan konstruktif. Keberlanjutan
pro-kontra MUI dan tagar-tagar
pengiringnya sepertinya akan terus langgeng dan muncul secara periodik seperti
pada pro-kontra mengucapkan selamat hari Natal dan sikap MUI yang tidak
responsif terhadap berbagai kasus kekerasan seksual di lembaga pendidikan
Islam.
[1] Dilansir melalui https://news.detik.com/berita/d-5813496/tpm-ketum-partai-dakwah-farid-okbah-ditangkap-densus-88