Kritik Warganet terhadap Kinerja Polisi dalam Tagar #PercumaLaporPolisi

Tulisan ini membahas tentang tagar #PercumaLaporPolisi yang menyoroti kinerja institusi kepolisian di Indonesia pada 2021. Tagar ini merupakan salah satu tagar terpopuler di Indonesia. Pada 6 Oktober 2021 media Project Multatuli merilis sebuah twit berupa link reportase pengabaian polisi atas laporan pemerkosaan tiga anak di Luwu Timur dengan tagar #PercumaLaporPolisi. Puncak sirkulasi twit ini terjadi pada 11 Oktober 2021 dengan lebih dari 10 ribu retweet dan 18 ribu likes.

 Tagar #PercumaLaporPolisi menjadi percakapan yang langgeng karena berbagai kasus kekerasan dan pelanggaran prosedural yang melibatkan polisi. Kasus-kasus ini antara lain, ‘smackdown’ mahasiswa oleh Brigadir NP, polisi yang memukul seorang pengendara motor di Deli Serdang, Keributan Bhayangkara FC, pemerkosaan Kapolsek Parigi Moutong, penggeledahan ilegal Aipda Ambarita, dan lain-lain.

 Ada tiga tagar yang menjadi sumber analisis pada tulisan ini, yaitu tagar #PercumaLaporPolisi dan dua tagar tandingannya: #PolisiSesuaiProsedur dan #PolriTegasHumanis. Ketiga tagar ini muncul dalam kasus-kasus kekerasan dan pelanggaran prosedural polisi tersebut di atas. Pengolahan data dalam tulisan ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif, yaitu penambangan data teks melalui teknik wordclouds (gugus kata) dan verifikasi makna kata-kata kunci dalam wordclouds secara manual. Periode pengambilan data adalah 6-29 Oktober 2021. Total percakapan dalam dataset ini adalah 18.797 twit.

Tagar #PercumaLaporPolisi
Tagar #PercumaLaporPolisi bermula dari kasus pengabaian polisi atas laporan pemerkosaan tiga anak di Luwu Timur yang kemudian berkembang dan meluas menjadi bentuk ekspresi kekecewaan warganet terhadap kinerja kepolisian sehari-hari. Berikut ini adalah hasil wordclouds percakapan dalam tagar #PercumaLaporPolisi dengan total 16.101 twit:

Gambar 1 Wordclouds #PercumaLaporPolisi

Gambar 1 memperlihatkan beberapa kata-kata kunci yang mewakili berbagai ekspresi kekecewaan warganet terhadap kinerja polisi. Kata ‘lapor’, ‘sudah’, dan ‘polisi’ menempati peringkat 1-3 kata terbanyak yang merujuk pada kekecewaan warganet yang sudah melapor kepada polisi namun tidak mendapatkan tindak lanjut yang memuaskan. Kata ‘polisi’ banyak disamarkan oleh warganet, antara lain menjadi ‘isilop’, ‘police’ (atau ‘policeman’ dan ‘policewomen’), dan juga ‘plokis’. Warganet juga menyindir institusi kepolisian yang selalu menggunakan kata ‘oknum’ seperti, “sebut saja oknum, tapi mayoritas”.

Kata-kata ‘hilang’, ‘masyarakat’, ‘motor’, ‘hp’, dan ‘surat’ merujuk pada kasus-kasus kehilangan yang dilaporkan masyarakat kepada polisi. Kata ‘uang’ (atau ‘duit’) dan ‘bayar’ merujuk kepada pengeluaran ekstra yang harus dibayar untuk setiap laporan kepada polisi.

Kata ‘malah’ merujuk kepada ekspektasi yang berbeda dengan hasil yang diharapkan ketika melapor kepada polisi. Misalnya, “pernah dulu ada saudara hilang, pas lapor polisi malah disuruh tanya dukun”.

Kata ‘indonesia’, ‘hukum’ ‘tindak’, dan ‘keadilan’ merujuk kepada tuntutan masyarakat agar pemerintah Indonesia menjunjung tinggi hukum dan keadilan dengan mengambil tindakan tegas atas polisi yang melanggar prosedur.

Kata ‘sendiri’ merujuk kepada warganet yang saling menghimbau agar menyelesaikan kasusnya sendiri-sendiri, karena polisi dianggap tidak mampu. Kata ini juga mendorong warganet bisa “main hakim sendiri” daripada harus lapor polisi.

Tagar #PercumaLaporPolisi memicu berbagai intimidasi. Sebagai contoh, situs resmi Project Multatuli mengalami serangan DDoS (Distributed Denial of Service) sehingga tidak bisa diakses publik. Akun Instagram Project Multatuli @projectm_org mengalami take down karena adanya pelaporan. Seorang warganet bernama Fachrial Kautsar mendapatkan ancaman kekerasan fisik dan peretasan akun media sosial karena mengkritik polisi lewat twit yang menyatakan polisi sebaiknya diganti satpam BCA saja. Intimidasi-intimidasi ini justru semakin menghidupkan penyebaran tagar #PercumaLaporPolisi.

Tagar Tandingan
Pada 11 Oktober 2021 muncul tagar #PolisiSesuaiProsedur yang awalnya bernada membela institusi kepolisian. Warganet mencurigai tagar ini sebagai upaya kepolisian untuk memoles citranya yang buruk.

Berikut ini adalah hasil wordclouds percakapan dalam tagar #PolisiSesuaiProsedur dengan jumlah 1.916 twit (462 di antaranya melekat dengan tagar #PercumaLaporPolisi):

Gambar 2 Wordclouds #PolisiSesuaiProsedur

Tagar #PolisiSesuaiProsedur mulai trending sejak 13 Oktober 2021 karena warganet membajak tagar ini untuk mendiskreditkan institusi kepolisian. Kata ‘banting’ dan ‘mahasiswa’ menempati urutan pertama dan kedua. Kedua kata ini berhubungan juga dengan kata-kata ‘’smackdown’, ‘kejang’, dan ‘biadab’ yang semuanya merujuk kepada kasus ‘smackdown’ mahasiswa oleh Brigadir NP.

Kata ‘tidak’, ‘prosedur’, dan ‘mengayomi’, ‘oknum’, dan ‘maaf’ adalah sindiran atas kinerja kepolisian yang justru “tidak sesuai prosedur” dan “tidak mengayomi”. Warganet menyindir polisi yang menutupi kesalahannya dengan jargon “hanya oknum” dan setiap masalah yang dilakukan polisi selesai dengan minta maaf.

Kata-kata ‘anak’, ‘korban’, ‘hukum’ ‘tindakan’, ‘keadilan’, dan ‘sendiri’ merujuk kepada hal yang sama dengan tagar #PercumaLaporPolisi.

Hal baru dalam tagar #PolisiSesuaiProsedur adalah kata ‘rachelvennya’, seorang artis yang kabur saat menjalani masa karantina. Warganet menggunakan kasus Rachel Vennya sebagai sindiran bahwa polisi sudah bekerja sesuai prosedur.

Seiring dengan tagar #PolisiSesuaiProsedur, muncul pula tagar #PolriTegasHumanis yang mulai trending sejak 13 Oktober 2021 karena dipopulerkan oleh berbagai akun resmi kepolisian di Indonesia. Berikut ini adalah hasil wordclouds percakapan dalam tagar #PolriTegasHumanis dengan jumlah 1.242 twit:

Gambar 3 Wordclouds #PolriTegasHumanis

Gambar 3 menunjukkan upaya pencitraan Polri dalam melayani mayarakat. Kata-kata ‘polri’, ‘wujudkan’, ‘pelayanan’, ‘mengayomi’, ‘presisi’, ‘sudah’, ‘prosedur’, dan ‘humanis’ merujuk kepada upaya pembangunan citra kepolisian yang berkomitmen mewujudkan pelayanan yang presisi, sesuai prosedur, dan humanis. Kata ‘tindakan’, ‘tegas’, dan ‘oknum’ merujuk kepada komitmen Kapolri untuk menindak tegas oknum polisi yang menyimpang dalam tugas. Kata ‘bareskrim’, ‘obat’, ‘keras’, ‘penipuan’, ‘email’, dan ‘anak’ merujuk kepada kisah-kisah sukses kepolisian dalam menangani berbagai kasus. Akun-akun resmi kepolisian dan beberapa username tertentu membagikan kisah-kisah sukses kepolisian ini dalam berbagai twit sejenis dan berulang.

Secara umum, tagar #PercumaLaporPolisi jauh lebih populer dibanding #PolisiSesuaiProsedur dan #PolriTegasHumanis. Penyebaran tagar #PercumaLaporPolisi berhasil memobilisasi warganet secara organik dan spontan. Warganet menyampaikan pesan yang sama tentang ketidakbecusan kinerja polisi. Sebaliknya, tagar #PolisiSesuaiProsedur dan #PolriTegasHumanis terbatas di kalangan tertentu saja, seperti akun-akun resmi kepolisian atau malah dibajak oleh warganet untuk menelanjangi institusi kepolisian. Kedua tagar pro polisi ini justru semakin memperkuat kesan negatif bahwa institusi kepolisian adalah institusi yang anti kritik. Ini sama saja menguatkan keluhan-keluhan warganet di tagar #PercumaLaporPolisi.

Tagar #PercumaLaporPolisi berpotensi akan mengalami daur ulang seiring dengan kinerja buruk kepolisian. Akhir Desember 2021 kekecewaan terhadap polisi kembali muncul melalui trending tagar #PercumaAdaPolisi dengan kata “No Viral No Justice” yang menyoroti bahwa polisi hanya bekerja jika kasus tertentu viral.